Sabtu, 06 Oktober 2012

Cerita Rakyat Sumbawa : BATU PAMPANG

Batu pampang merupakan salah satu objek wisata yang ada di Kecamatan Lunyuk.adanya batu bercabang di pinggir pantai yang terletak 7 km dari ibukota Kecamatan Lunyuk diyakini memiliki cerita sejarah yang hingga saat ini masih dipeliahara dikalangan orang-orang tua di Kecamatan Lunyuk. Secara etimologi kata batu pampang memiliki arti batu yang bercabang, Pampang (bahasa Sumbawa) berarti cabang sehingga batu pampang diartikan sebagai batu yang bercabang.

Dahulu kala masyarakat di daerah selatan Lunyuk yakni di Desa Geranta (sekarang beranama Desa Sampar Goal)  masih gemar menikmati makanan khas tau loka yakni mama’ , dan pada saat itu datanglah pedagang dari bugis Sumbawa bernama Datu Maceni untuk berdagang makanan khas seperti sirih, kapur dan alat kelangkapan mama’ lainnya. Karena menempuh perjalanan cukup jauh untuk menuju desa geranta akhirnya datu maceni beristirahat sejenak di pinggiran hutan untuk menyantap bekal makanan yang telah dibawa. Ditengah peristirahatannya itu Datu Maceni didatangi oleh seorang nenek tua bernama Nyai Seruni. Datu Maceni sempat kaget dan bingung karena tidak mungkin ada orang tu berjalan sendirian di tengah hutan. Nyai Seruni langsung menyapa. “ Hendak kemana nak “ Tanya Nyai Seruni, Datu menjawab “ Saya hendak ke Desa Geranta untuk menjual Mama’,” jawab Datu. “kalau begitu mampir dulu di kediaman saya di Desa Selimir, “ ajak Nyai Seruni. Datu menjawab “ Saya akan mampir setelah saya pulang berdagang dari Desa Geranta Nyai,” jawab Datu. Akhirnya datu langsung berjalan meninggalkan Nyai Seruni dan melanjutkan perjalanan ke Desa Geranta. Untuk diketahui Desa Selimir merupakan desa yang tidak dapat dilihat oleh mata biasa. Sampai saat ini orang-orang yang tinggal di Selatan Kecamatan Lunyuk tetap percaya bahwa Desa Selimir itu ada dan tidak sembarang orang yang dapat masuk ke Desa Selimir.

Singkat cerita, dagangan yang dibawa oleh datu Maceni ke Desa Geranta habis dibeli oleh masyarakat sekitar. Setelah dagangannya habis, Datu Maceni akhirnya pulang dan meninggalkan Desa Geranta. Namun ditengah perjalanannya ia kembali bertemu dengan Nyai Seruni, dan Datu pun tidak bisa menolak ajakan Nyai seruni untuk mampir ke Desa Selimir. Datu Maceni kaget karena hanya dengan berjalan sepuluh langkah sudah sampai ke Desa Selimir. Datu kaget melihat orang-orang berajalan dan melakukan aktivitas perdagangan, selain itu rumah-rumah yang ada di Desa Selimir sangat indah dan bersih. Nyai Seruni mengajak datu mampir ke rumahnya yang indah. Ditengah pembicaraannya dengan Nyai seruni Datu kaget bukan kepalang karena Nyai seruni berubah wajahnya menjadi cantik dan meminta datu untuk menikahinya. Tawaran tersebut langsung ditolak oleh datu meskipun Nyai Seruni memintanya berulang kali. Tak kuasa melihat Nyai yang terus menerus memintanya untuk menikah, datu meminta pamit untuk pulang. Dengan cepat datu meninggalkan kediaman Nyai Seruni. Tiba-tiba ditengah jalan datu Maceni kebingungan untuk mencari jalan keluar dari Desa Selimir. Usut punya usut, datu pun kembali kerumah Nyai Seruni untuk meminta peta jalan keluar dari Desa Selimir. Akhirnya Nyai Seruni memberikan sebuah cincin kepada datu untuk keluar dari Desa Selimir seraya menunjukkan kearah selatan tepatnya kearah batu besar kokoh yakni BATU PAMPANG. “Keluarlah lewat batu besar itu, dan jangan lupa kamu harus rajin melihat dan memelihara batu besar itu,” ungkap Nyai Seruni.

Setelah mengikuti arahan dari Nyai Seruni, akhirnya Datu Maceni bisa keluar dari Desa Selimir dengan melewati batu Pampang. Sampai saat ini batu pampang tetap kokoh berdiri dan dijadikan sebagai objek wisata. Sebagian masyarakat Lunyuk dan luar daerah sampai dengan saat ini masih melakukan ritual bayar nasar ke batu pampang. (SEKIAN)

Sumber : Akhir Fahruddin
Dikutip dari Sumbawanews

Tidak ada komentar:

Posting Komentar